بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang)
Adab Ketika Menerima Berita Kematian! | Kematian itu satu kepastian... bila dan bagaimana tak siapa ketahui melainkanAllah S.W.T. Setiap hari ada saja berita kematian kita terima... Kebiasaannya kita akan sebutkan al-Fatihah je kan.. namun, dalam Islam ada adab-adab atau tatacara apabila kita menerima berita kematian.
Hakikat Kematian
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Maksudnya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa antara kamu yang lebih baik amalnya.”
(Surah al-Mulk : 2)
Menerima Kematian dengan Cara dan Adab Islam
Istirja’ ( Mengucapkan إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ ) apabila menerima berita kematian. Firman Allah SWT di dalam Surah Al-Baqarah ayat 155 dan 156:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Maksudnya: Demi sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar – (Iatu) orang-orang yang apabila mereka di timpa oleh sesuatu musibah (kesusahan) mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.
Juga boleh memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) kemudian istirja’. Ini berdasarkan hadith riwayat Ahmad, At-Tirmizi, Ibnu Hibban di mana Allah bertanya kepada Malaikat (dalam riwayat Ahmad: Malaikat Maut) yang mengambil nyawa anak kesayangan hambaNya:
مَاذَا قَالَ عَبْدِي, فَيَقُوْلُوْنَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ
Maksudnya: Apa yang disebut oleh hambaKu. Maka jawab para Malaikat: Ia memujiMu dan istirja’.
Bersabar dalam menerima berita. Ini kerana menurut dalil ayat di atas, diberi pahala yang besar kepada orang yang bersabar.
Berdoa seperti yang diajar oleh Baginda SAW
اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Maksudnya: “Ya Allah, kurniakanlah aku ganjaran atas musibahku dan gantikanlah yang lebih baik daripadanya.” [Riwayat Muslim (918)]
Solat Jenazah Kepada Si Mati dan Berdoa Untuknya.
Umat Islam menjadi fardhu kifayah ke atas mereka melaksanakan solat jenazah kepada saudaranya yang meninggal dunia. Begitu juga dengan memandikan, mengkafankan dan mengebumikannya.
Pensyariatan solat jenazah berdasarkan hadith, daripada Abu Hurairah RA:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِىَّ فِى الْيَوْمِ الَّذِى مَاتَ فِيهِ، فخَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى، فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا
Maksudnya: “Rasulullah SAW bersedih atas kematian al-Najasyi, lalu Baginda keluar ke tempat solat, berbaris bersama-sama sahabat dan bersolat sebanyak empat kali.” [Riwayat al-Bukhari (1188) dan Muslim (951)]
Antara doa yang diajar
Doa pertama
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدخِلْهُ الجَنَّةَ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ
Maksudnya: “Rasulullah SAW telah melakukan solat jenazah, lalu aku mendengar Baginda berdoa. Ya Allah! Ampunilah dan rahmatilah dia, lepaskanlah dia daripada apa-apa yang tidak disukainya dan maafkanlah dia, muliakanlah keadaannya dan luaskan kuburnya. Mandikanlah dia dengan air, salji dan air yang dingin. Bersihkanlah dia daripada segala kesalahan sebagaimana dibersihkan baju yang putih daripada segala kekotoran. Gantikanlah rumahnya yang lebih baiki daripada rumahnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Masukkanlah dia ke dalam syurga dan peliharalah dia daripada fitnah kubur dan azab neraka. Auf berkata: Aku berharap biarlah aku menjadi mayat itu kerana doa Rasulullah SAW ke atas mayat tersebut.” [Riwayat Muslim (963)]
Doa kedua
اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Maksudnya: “Ya Allah! Janganlah Engkau tahan pahalanya daripada kami dan janganlah timbulkan fitnah kepada kami selepas kematiannya serta ampunilah kami dan dia.”
Riwayat Abu Daud (3201)
Doa ketiga
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا، وَمَيِّتِنَا، وَصَغِيرِنَا، وَكَبِيرِنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِيمَانِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ، اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
Maksudnya: “Ya Allah, Ampunkanlah dosa orang yang hidup di kalangan kami, yang mati, yang kecil, yang besar, lelaki, perempuan, yang hadir dan yang ghaib. Ya Allah, siapa yang Kamu hidupkannya di kalangan kami maka hiduplah ia di atas iman dan siapa yang mematikannya maka matilah ia di atas Islam. Ya Allah janganlah Kamu halangkan kami dari pahalanya dan sesatkan kami selepasnya.”
Riwayat Abu Daud 3201, al-Turmudzi (1204) al-Nasai (1986), Ibn Majah (1498) dan lain-lain.
Larangan Meratap
Diharamkan atas keluarga si mati meratap (menangis dengan suara yang kuat/meraung, mengoyak baju, menampar pipi, memukul badan, menarik rambut). Tegahan ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:
اثْنَتَانِ فِي النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ
Maksudnya: Dua perkara pada manusia yang kedua-duanya adalah dari perbuatan orang kafir: mencela keturunan (seseorang) dan meratap atas mayat.
Riwayat Muslim (67)
Keterangan: Dibolehkan menangis/mengalirkan air mata tanpa mengeluarkan suara sebagai tanda sedih atas kematian orang yang disayangi. Nabi Muhammad SAW sendiri mengalirkan air mata pada hari kematian anaknya Ibrahim sebagaimana di dalam hadith riwayat Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain.
Bahkan dalam hadith yang lain Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ المَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
Maksudnya: “Sesungguhnya mayat diazab dengan tangisan keluarganya terhadapnya.”
Riwayat al-Bukhari (1286), Muslim (928)
Mengikut Imam al-Nawawi, hadith ini diberi beberapa takwilan antaranya:
- Ia ditanggung dengan maksud jika si mati mewasiatkan kepada keluarga dan yang hidup untuk meratap dan meraung atas kematiannya.
- Ia memberi maksud kaum keluarga menangis pada tahap ratapan
- Ia bermaksud ia diazab dengan sebab memperdengarkan tangisan keluarganya untuk menjadikan hati mereka mengasihani berlebihan. Inilah pendapat Ibn Jarir al-Tabari. Hal ini juga dipilih oleh al-Qadhi ‘Iyadh.
- Sekadar tangisan biasa atau kesedihan tidaklah menjadi kesalahan.
Sumber rujukan MAIWP
- Kesimpulannya, pabila mendengar berita kematian, sebaiknya ucapkanlah...Istirja’ : إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ .
- Kemudian sedekah doa-doa yang diajar olehNabi s,a,w... itu adalah sebaliknya...doakan pengampunan dan kesejahteraan untuk si mati.
- Berikan semangat dan motivasi kepada keluarga si mati...
- Jangan bercerita atau bercakap tentang si mati...
- JADIKAN BERITA KEMATIAN ITU SEBAGAI SATU PERINGATAN UNTUK KITA YANG MASIH HIDUP...KERANA MATI ITU PASTI...TANPA KIRA SIAPA, BILA, DI MANA DAN APA YANG KITA LAKUKAN...
Alhamdulillah.. Terima kasih sis atas perkongsian ilmu ni.. Bermanfaat buat kita semua yang beragama Islam..
BalasPadamRosmizaAli.Com™
semoga bermanfaat buat kita semua
BalasPadamBerita kematian yang memilukan dalam hidup Sha adalah pemergian arwah opah... rasa ralat sangat... terima kasih atas perkongsian bermanfaat kak maria...
BalasPadamPerkongsian yang bermanfaat semoga ianya dapat dilakukan.
BalasPadamSepanjang hidup Fida..Bila Fida p umah yg ada kematian..Fida akan baca al-fatihah.Tahun lepas Adiq ipaq Fida meninggal..Fida hanya mampu sedekahkan Surah Yassin..
BalasPadamterima kasih di atas perkongsian ini maria...
BalasPadam